ANDIK VERMANSYAH


Andik Vermansyah, Balada Hidup Si Anak Kuli Batu (1)


PERSEBAYA Surabaya beruntung memiliki Andik Vermansyah (20). Pemain yang digadang-gadang memiliki kemampuan menggiring bola seperti Lionel Messi ini belakangan ramai dibicarakan publik. Bukan karena doyan dugem atau foto bareng seleb. Tapi lebih kepada aksinya yang brilian di atas rumput hijau.
Saat laga Indonesia Selection melawan LA Galaxy belum lama ini, David Beckham saja bahkan sampai harus menekel Andik dari belakang. Usai laga, karena merasa bersalah, Beckham langsung memberikan kausnya yang bernomor 23 kepada Andik.
Gocekan khas Andik yang meliuk-liuk di daerah pertahanan lawan, bahkan hingga membuahkan satu gol, juga diperagakan saat membela Tim Nasional U-23 melawan Kamboja di laga perdana Sea GAMES XXVI lalu.
 Tulang punggung keluarga
Untuk mengulik Andik lebih dalam, Rabu (7/12) kemarin, kami terbang ke Surabaya, Jawa Timur. Pagi itu, Andik pamit kepada orangtuanya untuk berangkat latihan sepak bola di Stadion Gelora 10 November. Kata Andik, sejak kecil ia sudah mentradisikan budaya cium tangan orangtua sebelum bepergian, dan pulang dari bepergian.
“Kalau enggak salim orangtua terasa enggak enak,” sergah Andik. Jarak dari rumah ke tempat latihan ditempuh Andik hanya dalam waktu 15 menit. Pakai sepeda motor Yamaha Vixion warna hitam.
Latihan dimulai pukul 07.00 WIB. Di antara teman-teman setimnya, Andik yang mengenakan nomor punggung 10 terlihat paling mungil. Latihan selesai pukul 08.30 WIB. Mumpung pakai baju bola, kami melakukan sesi pemotretan di beberapa tempat di dalam stadion. Diarahkan gaya apapun Andik tidak keberatan. Dia nampak menikmati. Balik ke Mess Persebaya yang berada di belakang stadion, Andik bersih-bersih badan dulu, lalu sarapan (lagi) pakai nasi plus opor ayam.
Tak selang berapa lama, dia pulang ke rumah lagi untuk tidur. Tiba di rumah Andik, kami disambut dengan ramah oleh ibunya Andik, Jumaiyah, dan kakaknya Andik, Indriati. Terus terang, Jumaiyah tak menyangka sama sekali Andik terkenal.
"Tiap hari saja banyak anak kecil yang datang ke rumah untuk minta tanda tangan Andik," kata Jumaiyah dengan raut bahagia.
"Tapi ada juga enggak senangnya. Kasihan, kalau main bola Andik disakiti (ditekel, dijatuhkan) lawan-lawannya terus. Badan dia kan kecil," Jumaiyah menambahkan.
Jumaiyah dilarang Andik nonton langsung ketika dia tanding.
"Saya enggak boleh nonton di lapangan. Dia minta doanya saja dari rumah. Kata Andik, kalau saya ikut ke lapangan, dia enggak tenang mainnya. Kalau bapaknya dan kakak-kakaknya boleh nonton dia di lapangan," kata Jumaiyah memaklumi keberatan Andik.
Kemenangan dan gol-gol yang dicetak Andik tidak lepas dari doa Jumaiyah. "Saya bahkan selalu berpuasa saat Andik tanding. Biasanya antara 7-10 hari," akunya.
Wanita paruh baya ini tak memungkiri kalau Andik memang menjadi tulang punggung keluarga.
"Semua yang ada di rumah, Andik yang beli. Saya dan bapak kan enggak boleh kerja lagi sama Andik. Dulu saya kerja di konveksi. Bapak kuli batu," katanya.
Andik rupanya punya alasan sendiri melarang orangtuanya kerja lagi. Pertama, faktor usia. Kedua, tidak tega.
"Saya bilang orangtua, kalau sampai mereka kerja lagi, saya akan cabut dari rumah. Kasihan mereka. Sudah tua masa kerja terus. Lebih baik istirahat di rumah saja. Sekarang ini biar saya saja yang kerja," beri tahu cowok berkulit agak gelap ini.
"Kemarin saja saya sempat mau kerja lagi, tapi pas pamit sama Andik, dia tiba-tiba menangisi saya. Ada apa toh, Le, kok ibu enggak boleh kerja? Saya tanya begitu ke dia. Terus dia bilang, enggak usah kerja, bu. Kan ibu sudah tua. Sedih juga mendengarnya," Jumaiyah menambahkan.
Gantinya, tiap minggu Andik memberikan uang kepada orangtuanya.
"Tiap minggu saya pasti terima gajian dari Andik, hehehe. Sekitar 600 ribu. Katanya buat belanja dan keperluan lain," sebut Jumaiyah.
“Kalau saya dapat bonus pasti saya kasih ibu,” tambah Andik.